Clinical case studies
Sharon L. Feeney
New york Presbyterian Hospital, Weill Cornel Medical Center
Abstract
Mary berusia 35 tahun, menikah, seorang wanita kaukasian yang menjalani penyembuhan dari masalah kecemasan dan panik dalam situasi : menulis didepan umum atau orang lain, dalam situasi kerja, dan pergi kerumah sakit. Ketika dalam situasi ini mary merasa gelisah dan tidak nyaman, sehingga dia merasa dipermalukan dan merasa malu. Karena ketakutannya ini, mary menghindari berbagai situasi tersebut karena merasa sangat cemas dan gelisah. Mary di diagnosis mengalami social phobia dan sudah menjalani 31 sesi terapi individu dan terapi kognitif behavior. Treatment yang dijalani adalah self monitoring, latihan pernapasan, dan gtaduated eksposure. Setelah diberi treatment, mary tidak lagi memenuhi kriteria social phobia dan menunjukan perbaikan termasuk dalam menurunkan pengalaman subjektif mengenai kecemasan, tindakan menghindar berkurang dan berkurangnya gejala fisiologis berkaitan dengan kecemasan. Kasus ini disajikan sebagai contoh penggunaan prinsip cognitive behavior dalam treatment social phobia.
Summary case
Mary mengeluhkan bahwa dirinya mengalami kecemasan dan ketakutan, dia mengalami gejala seperti gemetar, jantung bertebar, keringat ketika dalam situasi yang mengancam bagi dirinya. Ada 3 situasi yang sangat membuatnya cemas yaitu: menulis didepan umum atau orang lain, dalam situasi kerja, dan pergi kerumah sakit. Karena situasi ini dia merasa malu karena simtom fisilogisnya muncul. Mary sangat menhindari situasi tersebut, oleh karena itu dia tidak pernah menulis nama ataupun tanda tangan di depan umum selama 12 tahun dan tidak pernah membawa anaknya kedokter.
Menurut kisahnya, Mary mengalami ketakutan dan gejala kecemasan setelah ia putus dengan kekasihnya yang telah 4 tahun menjalin hubungan dengannya. Kekasihnya memiliki wanita lain dan ingin melanjutkan hubungannya dengan wanita tersebut. Ini adalah episode yang paling menyakitkan dalam hidup Mary. Mary mengalami depresi selama 1tahun. Mary sangat tertekan dan sulit menjalani aktivitasnya sehari-hari. Berat badannya berfluktuasi dengan cepat, sulit tidur, sakit kepala, dan sulit konsentrasi.
Ketika mary berada dalam situasi yang mengharuskan dia menulis didepan umum dan dalam situasi kerja dia mengalami gemetar, detak jantung kencang, dan berkeringat, menurutnya pertama kali dia merasakan hal ini adalah ketika sehari setelah putus dengan kekasihnya dia menandatangani struk kartu kreditnya, dan dia merasa takut dilihat orang dan berpikir apa yang terjadi dengannya. Karena kejadian ini Mary menghindari menggunakan kartu kreditnya agar tidak perlu tanda tangan di depan umum dan dia selalu membayar cash ketika berbelanja.
Ketika hamil yang mengharuskan mary ke dokter, dia mulai merasakan tanda kecemasan ketika berada di ruang tunggu seperti gemetar, berkeringat, detak jantung kencang. Dan dia merasa setiap orang yang ada disekitarnya melihat dan berpikir bahwa dirinya idiot. Ketika di cek dokter ternyata tekanan darah mary tinggi dan dokter mengirimnya kerumah sakit atau dia akan kehilangan anaknya. Mary merasa cemas dan distress karena ia harus bolak balik kerumah sakit karena tekanan darahnya. Menurutnya ini adalah pengalaman yang sangat memalukan dan ia menghindari untuk pergi ke rumah sakit. Mary juga enggan memiliki anak lagi karena ia sangat menghindari dokter.
Mary adalah anak yang pemalu, pendiam dan mudah gugup. Peran ibu lebih dominan dibandingkan ayahnya. Ibunya sangat protective kepadanya, dan sangat memegang kendali sosial agar mary tidak merasa canggung.
Mary memiliki sedikit teman dekat dari kecil hingga dewasa. Dia tidak pernah berkencan hingga usia 16 tahun dan dia tidak memiliki kekasihhingga usia 20 tahun. Joe adalah pacar pertamanya, ia menjalin hubungan selamat 4 tahun. Mary sangat mencintai joe, menurutnya joe adalah sosok yang menyenangkan, atletik dan sangat atraktif. Dan ketika itu mary adalah sosok yang energik dan percaya diri. Mary mengalami pengalaman seksual pertama dengannya. Namun, setelah 4 tahun, joe meninggalkannya hanya untuk wanita lain. Setelah itu mary tidak pernah berkomunikasi dengannya lagi dan menghindari untuk bertemu joe. Dari sinilah symptom kecemasan itu bermulai.
Analysis
Berdasarkan DSM IV TR Mary mengalami social phobia. Mary cenderung menghindari situasi-situasi sosial dan mengalami ciri-ciri patologis kecemasan diantaranya berkeringat, gemetar, detak jantung kencang, merasa terancam dan merasa dipermalukan oleh diri sendiri sehingga dia merasa tidak nyaman dengan keadaannya tersebut.
- Disfungsi psikologis yaitu individu abnormal tidak dapat menjalankan perannya sesuai dengan 3 kriteria yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Secara kognitif : Mary merasa terancam ketika berada dalam situasi sosial, dia merasa bahwa orang menganggap dirinya idiot, ada yang salah pada dirinya. Pikiran-pikiran itu yang terus terbesit dalam benaknya sehingga dia selalu menghindari situasi sosial. Secara afektif : Mary merasa tertekan, malu dan merasa tidak nyaman ketika harus menulis didepan umum dan pergi kedokter. Hal tersebut merupakan dampak dari depresinya ketika harus ditinggalkan oleh kekasihnya. Secara psikomotor : Mary menghindari aktivitas yang menurutnya mengancam yaitu menulis di depan umum atau orang lain, pergi kedokter dan dalam situasi kerja. Mary juga merasa gemetar, berkeringat dan detak jantung kencang ketika berada dalam situasi-situasi tersebut.
- Distress (impairment) yaitu individu yang abnormal menunjukan sikap "merusak" diri baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik : Mary mengalami depresi yang membuat berat badannya berfluktuasi dengan cepat (naik dan turun dengan cepat), sakit kepala, kesulitan tidur. Secara psikis : Mary merasa sangat malu, hancur, dan sakit dengan apa yang ia alami. Yang akhirnya berujung pada simtom kecemasan yang dialaminya, sehingga mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
- Respon atipikal yaitu respon yang tidak sesuai dengan sosio kultural. Mary merasa takut dan cemas ketika berada dalam situasi yang mengharuskannya menulis atau tanda tangan, hal ini tidak sesuai dengan budaya sekitar karena sangat wajar seseorang melakukan hal itu tapi tidak dengan mary. Mary menghindari untuk pergi ke dokter karena kecemasan dan ketakutannya tersebut, padahal untuk orang yang sakit itu perlu kedokter untuk menyembuhkan penyakitnya. Mary selalu menghindari tempat-tempat umum, karena ia merasa terancam dan gemetar ketika berada di tempat tersebut.
Referensi : Feeney, Sharon L, The Cognitive - behavioral Treatment of Social Phobia. New york Presbyterian Hospital, Weill Cornell Medical Center
Tidak ada komentar:
Posting Komentar